Dari sutradara David Ayer, muncul film Fury. Film ini mengisahkan (secara fiksi) sebuah tank jenis Sherman yang diberi nama Fury, dari kubu tentara Sekutu pada Perang Dunia ke-2. Tank ini dikendalikan oleh lima orang kru, yang dipimpin oleh sersan Don ‘Wardaddy’ Collier (Brad Pitt). Mereka diberikan sebuah misi mematikan untuk menerobos garis wilayah musuh (Nazi Jerman), mempertahankan sebuah persimpangan jalan yang krusial dalam perang tersebut.

Secara cerita, film ini tidak banyak berbeda dengan film-film perang pada umumnya. Bahkan dari segi nada, mirip dengan Saving Private Ryan (terutama endingnya). Tidak ada kejutan yang berarti, dan penonton tidak akan kesulitan menebak perkembangan serta akhir cerita. Jadi dari segi cerita, tidak ada yang istimewa, walau demikian, Ulasan Film tetap menyukai cerita film ini, meski cenderung dramatis dan mudah ditebak. Mungkin karena kharisma dari kelima tokoh kru tank, yang masing-masing mampu membawakan perannya dengan kuat dan meyakinkan. Yang paling memukau tentu masih Brad Pitt dengan aura heroik dan kepemimpinan tokoh Wardaddy, namun yang juga patut diperhatikan adalah penampilan dari Logan Lerman yang memerankan prajurit Norman Ellison, tentara culun yang ‘terjeblos’ ke dalam perang ini.

Unsur-unsur religius yang dimasukkan dalam film ini juga cukup mengesankan bagi Ulasan Film, khususnya pada tokoh Boyd ‘Bible’ Swan (Shia LaBeouf) yang menyuguhkan ayat-ayat Alkitab di beberapa situasi. Beberapa momen mampu membuat kita berpikir, tentang moralitas yang mendasari peperangan, seperti benar atau salahkah kita membunuh musuh yang sudah menyerah, dan topik-topik moral klasik lainnya yang mewarnai sebuah perang. Semua ini dipadukan dengan kutipan ayat-ayat Alkitab yang diambil secara cerdik, sehingga memberikan nuansa religius tersendiri.

Dari segi realita, film ini mampu memberikan suasana perang yang cukup otentik. Konon proses syutingnya juga penuh dengan totalitas para pemerannya (termasuk Shia LaBeouf yang sampai melukai dirinya sendiri agar lebih masuk dalam watak perannya). Mungkin yang menjadi hal baru adalah keakuratan film ini dalam menggambarkan pertempuran yang melibatkan tank, yang jarang kita ketahui dan saksikan. Tank yang selama ini terkesan lamban, ternyata cukup menggetarkan dan menegangkan dalam pertempurannya.

Bagi penikmat film-film perang yang realistis, film ini layak menjadi tontonan. 8/10

Wardaddy: Ideals are peaceful. History is violent.