Cinta, sebuah tema yang tak lekang oleh zaman. Dalam dunia film, tema cinta tak habis-habis dikupas dan diceritakan. Namun pernahkah kita merenungkan dengan sedalam-dalamnya, apakah cinta itu? Hal inlah yang nampaknya hendak dijabarkan melalui sebuah skenario nan elok dalam film Her. Sutradaranya, Spike Jonze, mengingatkan kita kepada karya-karya bermutu seperti Adaptation. dan Being John Malkovich. Kini ia menghasilkan sebuah karya yang sangat berbobot, baik dari kekuatan skenario, maupun dari penampilan para aktornya, sehingga film ini pun layak mendapatkan nominasi Oscar sebagai film terbaik.

Tema cinta dalam film ini tidak seperti lazimnya antara manusia dan manusia. Secara tak biasa, film ini mengambil tokoh AI (artificial intelligence) berupa sebuah sistem operasi komputer, sebagai salah satu tokoh kekasih. Ini adalah sebuah terobosan yang cukup unik, cinta antara manusia dan benda, apakah bisa digolongkan sebagai cinta? Apakah cinta hanya bisa diaplikasikan oleh manusia saja? Siapa yang berhak atas cinta? Pertanyaan-pertanyaan menggelitik ini diracik dengan sentuhan-sentuhan teknologi futuristik yang elegan, memberikan nuansa setting film yang terkesan tidak terlalu jauh dari zaman kita berada sekarang.

Her mengisahkan seorang pria, Theodore Twombly (diperankan oleh Joaquin Phoenix), yang bekerja sebagai penulis surat bagi orang-orang yang tidak mampu atau tidak ingin menulis surat sendiri. Dengan latar Los Angeles di masa depan, Theodore yang depresi dan kesepian akibat proses perceraian dengan istri yang dicintainya, kemudian menjalin hubungan dengan Samantha (disuarakan oleh Scarlett Johansson), sebuah sistem operasi komputer. Samantha begitu cerdas, sehingga mampu mendalami dan menjelajahi perasaan layaknya manusia. Hubungan Theodore dan Samantha terjalin makin erat, hingga keduanya saling jatuh cinta. Dinamika cinta mereka disajikan dengan brilian, terutama melalui kekuatan skrip Jonze. Ending yang disuguhkan pun memuaskan, di mana Theodore dan Samantha menemukan redemption masing-masing.

Layak diacungi jempol adalah penampilan Joaquin Phoenix di sini, yang berhasil memerankan Theodore dengan begitu meyakinkan. Pun kita patut angkat topi bagi Scarlett Johansson, yang dengan suaranya yang khas mampu menghadirkan sosok sistem operasi yang sangat personal. Musik latar yang digunakan di film ini juga enak didengar, serasi dengan nada film yang sendu.

Her merupakan film yang layak ditonton, selain karena tema mendalam yang diangkatnya, juga karena kekuatan akting dan skenarionya. Film ini sanggup membuat kita merenung, berpikir tentang makna kehidupan kita dalam rutinitas sehari-hari yang kerap kali mencengkeram diri kita. 9/10

Samantha: It’s like I’m reading a book… and it’s a book I deeply love. But I’m reading it slowly now. So the words are really far apart and the spaces between the words are almost infinite. I can still feel you… and the words of our story… but it’s in this endless space between the words that I’m finding myself now. It’s a place that’s not of the physical world. It’s where everything else is that I didn’t even know existed. I love you so much. But this is where I am now. And this is who I am now. And I need you to let me go. As much as I want to, I can’t live in your book any more.