Noah (2014)
Noah, film yang dilarang beredar di Indonesia karena masalah agama ini pada akhirnya bisa ditonton juga oleh Ulasan Film 🙂 . Film yang bertema religius sedikit banyak memang akan mengundang kontroversi, dan menimbulkan buzz tersendiri. Demikian pula dengan Noah. Film yang mengangkat kisah Nuh, seorang tokoh penting di dalam agama-agama Abrahamic (termasuk Kristen dan Islam) ini sebenarnya hanyalah merupakan sebuah interpretasi dari Darren Aronofsky, sutradaranya terhadap kisah tersebut. Jadi dalam menontonnya, Ulasan Film tidak memandang film ini sebagai sebuah usaha penggambaran sebuah bagian kitab suci, melainkan hanyalah sebuah karya seni belaka.
Cerita Nuh mestinya sudah sangat dihapal oleh kita semua. Namun seperti halnya film-film religius lain, apabila menjiplak mentah-mentah dari tulisan kitab suci, pasti durasi film tidak akan bisa sangat lama, karena keterbatasan tulisan di kitab suci tersebut. Untuk itu, perlu pengembangan cerita. Aronofsky berusaha membidik dari berbagai sisi, seperti lingkungan hidup, bagaimana digambarkan Nuh adalah seorang environmentalis, yang anti perburuan binatang. Juga ada sisi humanis, bagaimana Nuh harus mengalami sebuah pergulatan batin setelah menyadari bahwa Tuhan (dalam film ini disebut sebagai Sang Pencipta) hendak memusnahkan seluruh umat manusia kecuali keluarganya. Dan tentu saja juga ada sisi iman kepada Sang Pencipta.
Karena alur cerita yang sudah diketahui, maka tidak banyak kejutan yang bisa ditampilkan bagi penonton. Film ini lebih menawarkan berbagai detil di dalam plot besarnya. Ada cukup banyak perbedaan dengan kitab suci, seperti ditampilkannya The Watchers, peran dari Methuselah, juga orang-orang yang masuk dalam bahtera. Untuk keperluan membangun dinamika plot, ditambahkan pula tokoh antagonis Tubal-Cain.
Ulasan Film tidak terlalu menikmati menonton Noah, karena terasa kurang ada emotional punch nya. Sisi humanis yang disuguhkan juga tidak bisa mempengaruhi penonton secara kuat. Dengan durasi tayang lebih dari dua jam, seharusnya sudah lebih dari cukup waktu untuk bisa lebih memperkuat karakter dari masing-masing film. Interaksi antara Nuh dengan Tuhan juga hanya lewat mimpi, yang seakan kurang gregetnya. Pihak antagonis yang diketengahkan juga tidak terlalu kelihatan kejahatannya (mungkin karena film ini mengejar rating PG-13 saja?), sehingga tidak ada kontras yang berarti antara Nuh yang dipilih oleh Tuhan dengan mereka. Secara keseluruhan, film ini jadi terasa seperti film-film jaman pertengahan yang biasa saja, meski ada unsur kolosalnya, tapi kurang kuat secara emosional.
Di lain pihak, efek visual yang ditampilkan cukup baik. Adegan masuknya hewan-hewan ke dalam bahtera cukup kolosal, walau durasinya sangat pendek dan kurang detil.
Bila Anda punya film lain yang lebih baik, sebaiknya lewati dulu film Noah ini. 6/10
Noah: A great flood is coming. The waters of the heavens will meet the waters of earth. We build a vessel to survive the storm. We build an ark.Â
Recent Comments