Saya belum pernah menonton seri Planet of the Apes original yang diproduksi tahun 60-70an. Pun remake-nya yang dibuat tahun 2001. Namun saya beruntung telah mengikuti prekuel / reboot seri ini sejak Rise of the Planet of the Apes. Prekuel yang direncanakan sebagai trilogi ini (kabar terbaru menyebutkan bahwa trilogi ini masih akan dilanjutkan) boleh dibilang adalah salah satu trilogi terbaik sepanjang masa. Tautan kronologi cerita dibangun dengan teliti, mulai dari timbulnya konflik antara manusia dan kera, hingga terciptanya dunia apokaliptik akibat konflik tersebut, dan berpuncak pada klimaks pertempuran antara manusia dan kera. Tiap film dalam rangkaian trilogi ini sangatlah kuat, masing-masing merupakan film yang bermutu. Dan tibalah kita pada penghujungnya, War for the Planet of the Apes.

War for the Planet of the Apes benar-benar adalah sebuah masterpiece. Masih disutradarai oleh Matt Reeves, ia berhasil menciptakan sebuah film yang sangat sangat solid, mengguncang emosi, indah sekaligus suram, dan mampu merangsang kita berpikir.

Sejak awal, konflik antara manusia dan kera adalah sebuah cerita yang menarik. Bagaimana pada akhirnya kedua makhluk ini harus memperebutkan dominasi atas planet bumi, dikemas menjadi plot yang menanjak seru. Dan ketajaman perseteruan ini ditampilkan dengan sempurna pada film ini.

Tetapi jangan terkecoh dengan judul film ini. Bila Anda membayangkan akan ada perang besar-besaran antara pasukan kera melawan manusia ala Battle of Pelennor Fields, Anda salah besar. Sedikit spoiler, tidak ada perang seperti itu. Malah perang dalam Dawn of the Planet of the Apes mungkin lebih membahana. Tetapi jangan keburu kecewa, aksi yang disuguhkan di sini masihlah menawan dan menggetarkan. Namun kalau Anda sekadar mengharapkan hiburan semacam itu, tampaknya film ini mungkin kurang cocok bagi Anda. Sebab, kekuatan film ini justru pada studi karakternya yang sangat kuat. Aspek emosional dan batin ditelusurnya dengan dalam.

Perjalanan batin ini terutama direfleksikan dalam diri Caesar, sang tokoh utama, pimpinan para kera. Setelah apa yang harus dilaluinya dalam film Rise dan Dawn, sosok Caesar yang telah matang harus menghadapi tantangan terbesar dalam hidupnya. Film dibuka dengan narasi singkat yang dengan pintar merangkum plot di dua film sebelumnya, dengan tekanan pada kata Rise, Dawn dan War. Backgroundnya membawa kita pada konfrontasi antara pasukan manusia dengan para kera di hutan lebat. Meski menang, Caesar menunjukkan kematangan dirinya serta taraf manusiawi yang tinggi dengan membebaskan tawanan perang dari kalangan manusia.  Namun pasukan manusia yang dipimpin oleh seorang kolonel karismatik, membalas madu dengan racun. Istri dan anak Caesar terbunuh, yang membuatnya mengambil keputusan untuk melakukan perjalanan seorang diri sebagai pengecoh lawan. Perjalanan ini (walau kemudian bukan perjalanannya seorang diri), merupakan highlight dan pusat alur cerita film. Perjalanan ini pula yang membawa Caesar kembali pada kelompok kera yang dipimpinnnya dan pada klimaks film.

Matt Reeves banyak menggunakan pengambilan gambar secara close up, untuk menguatkan bagaimana perasaan dari para tokoh. Apresiasi yang tinggi patut kita berikan kepada Andy Serkis yang memerankan Caesar, maupun Weta yang berhasil menampilkan raut muka para kera dengan sangat meyakinkan. Setiap ekspresi, mimik, gerak-gerik mereka, tertampilkan dengan sempurna.

Walau secara keseluruhan film ini bernada suram dan berat, seberat beban yang harus ditanggung Caesar, kita diberikan satu selipan komedi melalui tokoh Bad Ape yang juga mampu berbicara seperti Caesar. Ini mampu memberikan keseimbangan yang baik dalam film ini.

Tema mengenai kemanusiaan, moralitas, pergulatan antara sisi baik dan sisi jahat dalam diri kita, pengorbanan, greater good, semuanya dapat kita kupas satu per satu dalam setiap jalinan plotnya. Ditambah dengan musik oleh Michael Giacchino yang sangat apik dan pas dengan nada film keseluruhan, film ini benar-benar sebuah tontonan yang sangat menakjubkan.

Akan menarik menunggu produksi lanjutan film ini, yang kabarnya sudah mulai dipersiapkan. Akankah ia mampu melebihi standar tinggi yang telah dipasang oleh Reeves dalam pemuncak trilogi ini? Untuk saat ini, sebagai sebuah trilogi, War for the Planet of the Apes merupakan konklusi yang paling sempurna. 9/10