The Amazing Spider-Man 2 (2014)
The Amazing Spider-Man 2 adalah sekuel dari The Amazing Spider-Man, reboot dari serial film layar lebar Spider-Man sebelumnya (Raimi). Saat The Amazing Spider-Man diputuskan untuk dibuat (dengan demikian mengakhiri franchise milik Sam Raimi), banyak yang merasa keputusan ini terlalu cepat. Bayangkan, Spider-Man 3 tayang pada tahun 2007, hanya berselang lima tahun kemudian si pengayun sawang ini diulang kembali ceritanya lewat film yang baru. Namun, well, serial baru ini telah tiba, disutradarai oleh Marc Webb.
Tak pelak, orang pasti akan membandingkan Spider-Man versi Marc Webb ini dengan Spider-Man versi Raimi. Saya sangat menyukai Spider-Man 2 buatan Raimi, yang menurut saya masih merupakan salah satu film superhero terbaik sepanjang masa. Dan setelah menonton The Amazing Spider-Man serta The Amazing Spider-Man 2, saya pribadi merasa reboot ini tidak terlalu memberikan nilai plus dibanding versi Raimi, bahkan sekuel versi Webb menurut saya masih kalah bagus dibanding sekuel versi Raimi.
Kelemahan utama dari The Amazing Spider-Man 2 adalah plotnya yang terlalu berjubel. Banyak garis cerita yang hendak dimasukkan (sebenarnya film ini hendak memasukkan juga tokoh Mary Jane, yang bahkan sudah sempat syuting, namun akhirnya tidak jadi dimasukkan karena dirasa ceritanya sudah terlalu padat). Saya tidak tahu apakah Webb tidak belajar dari kegagalan (secara kualitas) dari Spider-Man 3, yang memasukkan tiga tokoh jahat sekaligus. The Amazing Spider-Man 2 juga memiliki tiga tokoh-jahat sekaligus (walau Rhino cenderung hanya sebagai cameo saja). Padatnya cerita yang mau disajikan cenderung membuat film ini kurang punya daya pukul, terutama secara emosional maupun karakterisasinya. Banyak garis plot yang kurang mendapat pengembangan lebih jauh, karena memang waktu yang tidak memungkinkan. Berbagai humor yang disisipkan juga tidak terlalu efektif untuk mengundang tawa.
Namun harus diakui bahwa special effect dari film ini adalah yang terbaik dari semua seri (termasuk versi Raimi). Webb yang lebih banyak menggunakan slow motion, di seri kedua ini lebih memaksimalkan efek slow motion tersebut hingga taraf yang menakjubkan. Adegan pertarungan yang ditampilkan paling mampu menunjukkan bagaimana sebenarnya Spider-Man bertarung, dengan segala kekuatan super ala laba-labanya.
Sebenarnya film ini punya potensi menyuguhkan drama yang baik, kalau saja ia berfokus pada hubungan antara Peter Parker dan Gwen Stacy. Andrew Garfield dan Emma Stone sebenarnya tampil baik, sayangnya drama antara mereka tidak punya banyak waktu untuk lebih berkembang karena sudah dihimpit oleh jubelan plot-plot sampingan yang hendak diceritakan.
Secara keseluruhan, bila Anda ingin menikmati film ini sebagai hiburan belaka, mungkin special effect yang ditampilkan sudah cukup menjadi tontonan menarik. Namun bila Anda menginginkan sebuah film superhero berbobot, dengan hati dan emosional yang menggetarkan, rasanya film ini belum cukup layak untuk ditonton. 7/10
It’s easy to feel hopeful on a beautiful day like today, but there will be dark days ahead of us too. There will be days where you feel all alone, and that’s when hope is needed most. No matter how buried it gets, or how lost you feel, you must promise me that you will hold on to hope. Keep it alive. We have to be greater than what we suffer. My wish for you is to become hope; people need that. And even if we fail, what better way is there to live? As we look around here today, at all of the people who helped make us who we are, I know it feels like we’re saying goodbye, but we will carry a piece of each other into everything that we do next, to remind us of who we are, and of who we’re meant to be. – Gwen Stacy
Recent Comments