The Wailing (2016)
Tidak banyak film yang menggetarkan jiwa kita, membuat kita berpikir cukup lama setelah menontonnya. The Wailing adalah salah satu film tersebut. Film horor besutan sutradara Na Hong-Jin (sineas muda yang disebut-sebut sebagai generasi jenius setelah Park Chan-Wook dan Bong Joon-Ho). Setelah dua filmnya sebelumnya (The Chaser dan The Yellow Sea) lebih berupa thriller, The Wailing adalah horor murni dengan elemen supranatural yang kental. Namun berbicara tentang horor, Anda jangan membayangkan horor ala Hollywood dengan kejutan-kejutan menakutkan yang memanfaatkan efek suara keras secara tiba-tiba. Di dalam The Wailing, nyaris tidak ada kejutan mengagetkan seperti itu. Efek seram dan ketegangan yang disuguhkan lebih berupa efek psikologis. Namun ini justru lebih membuat kita terpaku dan tercengkeram dalam tautan narasi yang dirangkai dengan begitu pintarnya.
The Wailing mengisahkan sosok seorang polisi gemuk yang ditampilkan polos dan agak dungu, bernama Jong-Goo, hidup bersama keluarganya di sebuah desa terpencil. Jong-Goo harus menangani kasus pembunuhan demi pembunuhan yang tidak wajar, dan mirip satu sama lain (pembunuhnya seperti terjangkit sebuah penyakit aneh). Jong-Goo yang tidak terlatih untuk menghadapi hal semacam ini, seringkali mengambil keputusan tanpa dasar pertimbangan yang matang. Rumor yang beredar di kalangan masyarakat desa adalah, seorang pendatang warga Jepang yang hidup menyendiri di hutan lah yang menyebarkan guna-guna yang merasuki para penduduk desa satu demi satu. Sampai pada suatu titik, putri kecil Jong-Goo sendiri mengalami guna-guna yang sama. Di sinilah Jong-Goo harus bertindak.
Beberapa bagian dalam The Wailing mengingatkan kita pada The Exorcist, namun di sini seorang shaman tradisional Korea yang bertindak sebagai pengusir setan. Film ini dengan cerdik meramu jalinan cerita hingga naik pada klimaks yang mengguncang dan tak terduga. Nuansa religius juga kental diperlihatkan (kita bisa menafsirkan dan memperdebatkan berbagai simbol Kristiani di sini, seperti ayat Alkitab di awal film, ayam berkokok tiga kali, melempar batu, dan sebagainya). Namun yang paling menohok mungkin adalah gambaran iblis yang tidak seperti kita bayangkan. Inilah yang menakutkan kita dari film ini. Jujur saja saya juga sulit tidur setelah menontonnya. Bukan karena ketakutan (well, film ini menakutkan memang, tapi saya bukan takut dihantui), melainkan lebih karena memikirkan apa yang mau disampaikan oleh film ini.
Secara teknis, film ini bagus di semua aspek. Semua aktornya bermain total. Sinematografi dengan dominasi pemandangan desa, juga sangat menawan. Orang mungkin agak jenuh dengan panjangnya film (dua setengah jam), dan mungkin ada beberapa bagian yang terasa berlebihan (relatif, karena mungkin bagian itu bisa ditafsirkan lain). Tetapi secara narasi, saya rasa Na Hong-Jin sudah melakukan yang terbaik dalam merangkai plot hingga ke puncak dan ending yang tak terduga-duga itu.
Sangat recommended. Wajib tonton apabila Anda menyukai film-film non konvensional (Hollywood) atau film yang membuat Anda berpikir. 9/10
Setuju, salah satu film horror dengan ending yang supertwist dan bikin kita masih bertanya-tanya sekalipun film udah kelar. Kece dah!
Betul sekali. Thanks udah mampir.
Reviewnya bagus. Abis nonton ini emang jadi kepikiran apa yang terjadi dan kepikiran keputusan yang diambil si lakon. Mantap dah.